Jika Tuhan memberi dua
kesempatan, manakah yang akan kalian pilih ? kesempatan yang pertama, Tuhan
akan membawa kita ke masa lalu untuk memperbaiki segala sesuatu yang kita
sesali. Kesempatan yang kedua, Tuhan akan membiarkan kita untuk memilih
bagaimana kita di masa depan nanti. Manakah yang akan kalian pilih ? jika aku
dapat memilih, tentu saja aku akan memilih kesempatan pertama. Kembali ke masa
lali, mungkin jika orang normal yang mimilih, mereka akan memilih kesempatan
kedua. Tetapi tidakk untukku, karena aku ingin memperbaiki sesuatu yang
seharusnya tidak terjadi saat itu, aku ingin membenarkan segala sesuatu yang
seharusnya tidak aku lakukan saat itu, aku ingin menarik perkataan yang
seharusnya tidak aku lontarkan saat itu. Dan sayangnya aku tidak akan pernah
bisa, dan sayangnya kesempatan kesempatan itu tidak akan pernah ada.
…………………….
25 Desember 2014
Aku sedeng berteduh di
emperan toko, menatap hujan yang sedang turun. Sudah hamper satu minggu hujan
selalu turun saat pulang sekolah, membuatku sedikit malas untuk pergi ke
sekolah. Aku sibuk menatap orang orang yang sedang berlalu lalang di depanku,
ada yang sedag berjalan berdua di bawah payung, ada yang berjalan sendirian di
bawah payung, bahkan ada juga yang menerobos hujan karena tidak sabar untuk
pulang, ada juga sepasang kekasih yang sengan manisnya berlari larian di bawah
hujan.
Mengingatkanku pada
seseorang,
Aku menyesal tidak
membawa payung tadi pagi, aku menyesal tidak mendengarkan kakak yang sudah
berkali kali mengingatkanku untuk membawa payung. Sudah hamper satu jam aku
berdiri di sini dan hujan juga tidak kunjung berhent. Karena aku sudah sangat
lelah, lelah menunggu dan lelah berdiri. Aku memutuskan untuk pulang, menerobos
hujan yang mulai reda. Benar benar sangat menyebalkan, aku berjalan sambil
terus menggerutu dalam hati, padahal jelas jelas ini memang salahku.
“Na kok hujan hujanan
sih.” Aku mengangkat kepalaku melihat ke arah sumber suara itu. Dia geleng
geleng kepala.
Aku tidak tau harus
tersenyum atau bagaimana. Aku terdiam, dia mendekatkan payungnya ke arahku.
Melindungi kepalaku dari hujan yang turun. “Besok jangan lupa bawa payung ya
na.” Dia meraih tanganku, menaruh gagang payungnya dalam genggamanku, mengapa
dia masih bisa sebaik itu kepadaku.
Dia berlari menerobos
hujan, meninggalkanku dengan payungnya.
…………………
17 April 2015
Kita sama sama lupa
membawa payung saat itu, akhirnya kita memutuskan untuk meneduh di emperan toko.
Dia selalu juara dalam mencairkan suasana. Aku sangat ingat, saat itu aku
sedang lelah dan moodku sedang tidak baik. Dia bercerita tentang film yang baru
saja dia tonton tadi malam.
“Tadi malem aku habis
nonton film bagus banget na.” Dia menyebutkan judul filmnya.
“Gimana ceritanya ?” Aku
menanggapinya sebagai pertanyaan basa basi.
Dia bercerita hanya pada
bagian yang menurutnya menarik saja. “ Jadi ada cowok sama cewek kayak kejebak
gitu di dasar laut, dan yang bisa keluar Cuma satu orang aja, akhirnya yang
cowok ngalah.”
“Kalau seandainya kamu
sama aku yang kejebak di sana gimana ?” Entah mengapa pertanyaan itu tiba tiba
terlintas di pikiranku.
Tanpa berfikir panjang
dia langsung menjawab pertanyaanku dengan cepat. “Aku bakal berenang kamu ke
atas, karena aku tau kamu nggak bisa berenang. Nanti kalau udah berhasil
berenang ke atas, kita bakal nyoba keluar bareng bareng. Tapi entahlah, kalau
seandainya Cuma satu orang yang bisa keluar. Aku akan biarin kamu keluar.” Dia
terdiam sejenak, tidak melanjutkan kalimatnya. “Karena percuma kalau aku hidup
nggak ada kamu. Dan kalau kamu bahagia pasti aku juga bahagia.”
Aku sedikit kaget
mendengarkan jawabannya, tiba tiba segalannya menjasi hening, dia terdiam, aku
terdiam, hujan pun ikut terdiam.
“Jangan serius serius aku
Cuma bercanda. Ayo pulang hujannya udah reda.” Aku tersenyum kemudian menarik
tangannya.
……………………
25 Desember 2015
Aku memasuki rumah dengan
malas, mencopot sepatu sembarangan, melemparkan tas sembarangan, menghempaskan
tubuhku si atas tempat tidur.
Dia sangay baik kepadaku,
aku tau dia adalah orang yang sangat menyenangkan. Dia tidak pernah terlihat
murung sehari saja. Dia tidak pernah menempatkan orang lain dalam kesulitannya.
Bahkan dia selalu membuatku tersenyum dalam keadaan apa pun.
Handphoneku bergetar,
memecahkan keheningan. Aku mencari carinya di dalam tas. Ternyata tevon dari
Kayla.
“Hallo Na.” Kayla memulai
percakapan kami.
“Hai kay, ada apa ?”
“Tadi aku ketemu dia di
jalan, dia basah kuyup. Terus kita sama sama berhenti di took yang sama.
Awalnya kita cerita cerita biasa aj. Terus dia tiba tiba diem. Dia bilang dia
pingin minta maaf ke kamu dia nyesel banget udah bilang gitu ke kamu. Tapi dia
udah nggak bisa.”
Ya aku tau dia tidak akan
bisa bersamaku lagi.
“Iya, makasih yak ay.”
Aku terlalu lelah untuk melanjutkan percakapan.
………………..
18
April 2015
Aku
masih sangat ingiat, saat itu aku ada untuk membuat cerpen. Karena malam itu
aku merasa kesepian, akhirnya aku memutuskan untuk menelvonnya.
“Hai
na, ada apa ?” Dia menjawab dengan bersemangat.
“Aku
ada tugas bikin cerpen. Menurut kamu cerita apa yang bagus ?”
“Apa
ya ? orang yang kamu saying aja coba.”
Dia menjawab dengan serius.
“Yah
nggak ada.” Aku menjawab acuh tak acuh.
“Masa
nggak ada sih na ? nggak mungkin banget.”
“Emang
nggak ada, apa tentang first love aja ya ?”
“Iya
iya kayaknya bagus.”
“Okay
coba ceritain gimana cinta pertamamu.”
Dia
bercerita panjang lebar dari ujung televon.
“Oh.”
Aku menanggapi basa basi, padahal aku tidak terlalu mendengarkan kalimat
kalimatnya tadi.
“Thank’s
ya. Salam buat adek kamu, bilang aku kangen.”
“Salam
juga buat Siena, bilang aku kangen.”
Aku
tersenyum kemudian memutus sambungan telvon.
………………
Hari
ini aku memutuskan untuk menyelesaikan semuanya, aku tidak bisa terus hidup
dengan penyesalan. Aku tidak bisa terus hidup dengan kesedihan. Bukankah dia
pernah berkata bahwa sebenarnya aku selalu bahagia tetapi aku tidak pernah
mensyukurinya.
Aku
memasuki kamar mandi, menyentub air di dalam bak mandi yang ternyata sangat
dingin. Membuatku malas untuk mandi, akhirnya aku memutuskan mandi dengan
shower. Aku terdiam di bawah guyuran shower beberapa menit, mengingat segala
sesuatu yang telah terjadi.
………………..
19
April 2015
Malam
itu aku sangat marah kepadanya, dia tidak menjawab telvonku padahal aku sudah
menelvonnnya beberapa kali, dia juga tidak membalas pesanku yang sudah aku
kirim berulang kali juga. Dia baru membalas setelah pukul sepuluh malam, ketika
aku akan tidur.
Maaf na, aku lagi sibuk. Dari tadi nggak
ngecek handphone.
Aku tidak membalas pesannya, dia terus mengirimiku pesan berupa
permintaan maaf. Hingga pada pukul 11 malam dia datang ke rumahku. Aku keluar
dari kamar dengan malas, dia sedang berdiri di teras sendirian. Aku berjalan ke
arahnya, berdiri tepat di sampingnya.
“Na.”
dia menoleh ke arahku.
Aku
hanya diam tanpa meliriknya sedikitpun, pandanganku lurus ke depan.
“Na
aku minta maaf, aku bener bener nggak ngecek hp tadi. Ada apa ?”
Aku
masih tetap diam, dan dia dengan sabar menjelaskan segalanya kepadaku. Kemarahanku
bertambah ketika dia membandingkanku dengan sebuah game.
“Na
aku minta maaf.” Dia meraih tanganku, aku melepasnya. “Mau kamu apa sih na ?”
Dia
meninggikan nada bicara di akhir kalimatnya. “Aku kan udah minta maaf, aku baru
sadar kamu bener bener egois banget. Hidupku bukan Cuma buat bikin kamu bahagia
aja dan hidupku juga bukan buat kamu aja, aku nyesel udah bela belain segalanya
buat kamu.” Dia terdiam. “Dan kamu harus belajar buat menghargai orang lain.”
Dia
pergi meninggalkanku yang sedang terpaku mendengar kalimat kalimat menyakitkan
yang pertama kali ku dengar darinya. Malam itu adalah malam terakhir aku
bersamanya, sejak saat itu dia tidak pernah lagi bahkan melihatku. Dan aku
tidak pernah menyangka dia bisa berkata seperti itu kepadaku.
…………….
Setelah
kepergiannnya, aku melihat sesuatu yang sangat membuatku menyesal. Setelah kepergiannya
malam itu aku baru menyadari ternyata dia telah memiliki orang yang sepesial
dalam hidupnya. Aku sangat menyesal mengenalnya, jika aku tau akhirnya akan
menjadi seperti ini lebih baik aku tidak pernah bertemu dengannya. Ini salahku,
aku terlalu asik berlari sehingga tanpa sadar dia sudah berhenti mengejarku
dari jauh jauh hari.
Tuhan
terimakasih telah membuatku mengerti tentang makna menghargai darinya. Tuhan jika
dia memang bukan tercipta untukku, terimakasih telah mempertemukanku dengannya
walau hanya sesaat. Tuhan jika kami berdua dipertemukan untuk merasakan
perpisahan, aku mahon pertemukan kami di kehidupan berikutnya. Tuhan jika dia
jatuh cinta, aku mohon pertemukan dia dengan cinta yang sesungguhnya, karena
dia terlalu indah untuk jatuh padah cinta yang salah. Tuhan jika bahagianya
bukan terletak padaku, aku mohon jagalah dia disetiap langkah kakinya.
Wah kak bagus kak keren wah love youuu
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSelalu berhasil buat orang baperr
BalasHapusSays anggap sebagai pujian, makasih Mbak ti
Hapus