Rabu, 06 Mei 2015

can you stay with me ?

Jika Tuhan memberi dua kesempatan, manakah yang akan kalian pilih ? kesempatan yang pertama, Tuhan akan membawa kita ke masa lalu untuk memperbaiki segala sesuatu yang kita sesali. Kesempatan yang kedua, Tuhan akan membiarkan kita untuk memilih bagaimana kita di masa depan nanti. Manakah yang akan kalian pilih ? jika aku dapat memilih, tentu saja aku akan memilih kesempatan pertama. Kembali ke masa lali, mungkin jika orang normal yang mimilih, mereka akan memilih kesempatan kedua. Tetapi tidakk untukku, karena aku ingin memperbaiki sesuatu yang seharusnya tidak terjadi saat itu, aku ingin membenarkan segala sesuatu yang seharusnya tidak aku lakukan saat itu, aku ingin menarik perkataan yang seharusnya tidak aku lontarkan saat itu. Dan sayangnya aku tidak akan pernah bisa, dan sayangnya kesempatan kesempatan itu tidak akan pernah ada.
…………………….
25 Desember 2014
Aku sedeng berteduh di emperan toko, menatap hujan yang sedang turun. Sudah hamper satu minggu hujan selalu turun saat pulang sekolah, membuatku sedikit malas untuk pergi ke sekolah. Aku sibuk menatap orang orang yang sedang berlalu lalang di depanku, ada yang sedag berjalan berdua di bawah payung, ada yang berjalan sendirian di bawah payung, bahkan ada juga yang menerobos hujan karena tidak sabar untuk pulang, ada juga sepasang kekasih yang sengan manisnya berlari larian di bawah hujan.
Mengingatkanku pada seseorang,
Aku menyesal tidak membawa payung tadi pagi, aku menyesal tidak mendengarkan kakak yang sudah berkali kali mengingatkanku untuk membawa payung. Sudah hamper satu jam aku berdiri di sini dan hujan juga tidak kunjung berhent. Karena aku sudah sangat lelah, lelah menunggu dan lelah berdiri. Aku memutuskan untuk pulang, menerobos hujan yang mulai reda. Benar benar sangat menyebalkan, aku berjalan sambil terus menggerutu dalam hati, padahal jelas jelas ini memang salahku.
“Na kok hujan hujanan sih.” Aku mengangkat kepalaku melihat ke arah sumber suara itu. Dia geleng geleng kepala.
Aku tidak tau harus tersenyum atau bagaimana. Aku terdiam, dia mendekatkan payungnya ke arahku. Melindungi kepalaku dari hujan yang turun. “Besok jangan lupa bawa payung ya na.” Dia meraih tanganku, menaruh gagang payungnya dalam genggamanku, mengapa dia masih bisa sebaik itu kepadaku.
Dia berlari menerobos hujan, meninggalkanku dengan payungnya.
…………………
17 April 2015
Kita sama sama lupa membawa payung saat itu, akhirnya kita memutuskan untuk meneduh di emperan toko. Dia selalu juara dalam mencairkan suasana. Aku sangat ingat, saat itu aku sedang lelah dan moodku sedang tidak baik. Dia bercerita tentang film yang baru saja dia tonton tadi malam.
“Tadi malem aku habis nonton film bagus banget na.” Dia menyebutkan judul filmnya.
“Gimana ceritanya ?” Aku menanggapinya sebagai pertanyaan basa basi.
Dia bercerita hanya pada bagian yang menurutnya menarik saja. “ Jadi ada cowok sama cewek kayak kejebak gitu di dasar laut, dan yang bisa keluar Cuma satu orang aja, akhirnya yang cowok ngalah.”
“Kalau seandainya kamu sama aku yang kejebak di sana gimana ?” Entah mengapa pertanyaan itu tiba tiba terlintas di pikiranku.
Tanpa berfikir panjang dia langsung menjawab pertanyaanku dengan cepat. “Aku bakal berenang kamu ke atas, karena aku tau kamu nggak bisa berenang. Nanti kalau udah berhasil berenang ke atas, kita bakal nyoba keluar bareng bareng. Tapi entahlah, kalau seandainya Cuma satu orang yang bisa keluar. Aku akan biarin kamu keluar.” Dia terdiam sejenak, tidak melanjutkan kalimatnya. “Karena percuma kalau aku hidup nggak ada kamu. Dan kalau kamu bahagia pasti aku juga bahagia.”
Aku sedikit kaget mendengarkan jawabannya, tiba tiba segalannya menjasi hening, dia terdiam, aku terdiam, hujan pun ikut terdiam.
“Jangan serius serius aku Cuma bercanda. Ayo pulang hujannya udah reda.” Aku tersenyum kemudian menarik tangannya.
……………………
25 Desember 2015
Aku memasuki rumah dengan malas, mencopot sepatu sembarangan, melemparkan tas sembarangan, menghempaskan tubuhku si atas tempat tidur.
Dia sangay baik kepadaku, aku tau dia adalah orang yang sangat menyenangkan. Dia tidak pernah terlihat murung sehari saja. Dia tidak pernah menempatkan orang lain dalam kesulitannya. Bahkan dia selalu membuatku tersenyum dalam keadaan apa pun.
Handphoneku bergetar, memecahkan keheningan. Aku mencari carinya di dalam tas. Ternyata tevon dari Kayla.
“Hallo Na.” Kayla memulai percakapan kami.
“Hai kay, ada apa ?”
“Tadi aku ketemu dia di jalan, dia basah kuyup. Terus kita sama sama berhenti di took yang sama. Awalnya kita cerita cerita biasa aj. Terus dia tiba tiba diem. Dia bilang dia pingin minta maaf ke kamu dia nyesel banget udah bilang gitu ke kamu. Tapi dia udah nggak bisa.”
Ya aku tau dia tidak akan bisa bersamaku lagi.
“Iya, makasih yak ay.” Aku terlalu lelah untuk melanjutkan percakapan.
………………..
            18 April 2015
            Aku masih sangat ingiat, saat itu aku ada untuk membuat cerpen. Karena malam itu aku merasa kesepian, akhirnya aku memutuskan untuk menelvonnya.
            “Hai na, ada apa ?” Dia menjawab dengan bersemangat.
            “Aku ada tugas bikin cerpen. Menurut kamu cerita apa yang bagus ?”
            “Apa ya ?  orang yang kamu saying aja coba.” Dia menjawab dengan serius.
            “Yah nggak ada.” Aku menjawab acuh tak acuh.
            “Masa nggak ada sih na ? nggak mungkin banget.”
            “Emang nggak ada, apa tentang first love aja ya ?”
            “Iya iya kayaknya bagus.”
            “Okay coba ceritain gimana cinta pertamamu.”
            Dia bercerita panjang lebar dari ujung televon.
            “Oh.” Aku menanggapi basa basi, padahal aku tidak terlalu mendengarkan kalimat kalimatnya tadi.
            “Thank’s ya. Salam buat adek kamu, bilang aku kangen.”   
            “Salam juga buat Siena, bilang aku kangen.”
            Aku tersenyum kemudian memutus sambungan telvon.
………………
            Hari ini aku memutuskan untuk menyelesaikan semuanya, aku tidak bisa terus hidup dengan penyesalan. Aku tidak bisa terus hidup dengan kesedihan. Bukankah dia pernah berkata bahwa sebenarnya aku selalu bahagia tetapi aku tidak pernah mensyukurinya.
            Aku memasuki kamar mandi, menyentub air di dalam bak mandi yang ternyata sangat dingin. Membuatku malas untuk mandi, akhirnya aku memutuskan mandi dengan shower. Aku terdiam di bawah guyuran shower beberapa menit, mengingat segala sesuatu yang telah terjadi.
………………..
            19 April 2015
            Malam itu aku sangat marah kepadanya, dia tidak menjawab telvonku padahal aku sudah menelvonnnya beberapa kali, dia juga tidak membalas pesanku yang sudah aku kirim berulang kali juga. Dia baru membalas setelah pukul sepuluh malam, ketika aku akan tidur.
            Maaf na, aku lagi sibuk. Dari tadi nggak ngecek handphone.
            Aku tidak membalas pesannya, dia terus mengirimiku pesan berupa permintaan maaf. Hingga pada pukul 11 malam dia datang ke rumahku. Aku keluar dari kamar dengan malas, dia sedang berdiri di teras sendirian. Aku berjalan ke arahnya, berdiri tepat di sampingnya.
            “Na.” dia menoleh ke arahku.
            Aku hanya diam tanpa meliriknya sedikitpun, pandanganku lurus ke depan.
            “Na aku minta maaf, aku bener bener nggak ngecek hp tadi. Ada apa ?”
            Aku masih tetap diam, dan dia dengan sabar menjelaskan segalanya kepadaku. Kemarahanku bertambah ketika dia membandingkanku dengan sebuah game.
            “Na aku minta maaf.” Dia meraih tanganku, aku melepasnya. “Mau kamu apa sih na ?”
            Dia meninggikan nada bicara di akhir kalimatnya. “Aku kan udah minta maaf, aku baru sadar kamu bener bener egois banget. Hidupku bukan Cuma buat bikin kamu bahagia aja dan hidupku juga bukan buat kamu aja, aku nyesel udah bela belain segalanya buat kamu.” Dia terdiam. “Dan kamu harus belajar buat menghargai orang lain.”
            Dia pergi meninggalkanku yang sedang terpaku mendengar kalimat kalimat menyakitkan yang pertama kali ku dengar darinya. Malam itu adalah malam terakhir aku bersamanya, sejak saat itu dia tidak pernah lagi bahkan melihatku. Dan aku tidak pernah menyangka dia bisa berkata seperti itu kepadaku.
…………….
            Setelah kepergiannnya, aku melihat sesuatu yang sangat membuatku menyesal. Setelah kepergiannya malam itu aku baru menyadari ternyata dia telah memiliki orang yang sepesial dalam hidupnya. Aku sangat menyesal mengenalnya, jika aku tau akhirnya akan menjadi seperti ini lebih baik aku tidak pernah bertemu dengannya. Ini salahku, aku terlalu asik berlari sehingga tanpa sadar dia sudah berhenti mengejarku dari jauh jauh hari.
            Tuhan terimakasih telah membuatku mengerti tentang makna menghargai darinya. Tuhan jika dia memang bukan tercipta untukku, terimakasih telah mempertemukanku dengannya walau hanya sesaat. Tuhan jika kami berdua dipertemukan untuk merasakan perpisahan, aku mahon pertemukan kami di kehidupan berikutnya. Tuhan jika dia jatuh cinta, aku mohon pertemukan dia dengan cinta yang sesungguhnya, karena dia terlalu indah untuk jatuh padah cinta yang salah. Tuhan jika bahagianya bukan terletak padaku, aku mohon jagalah dia disetiap langkah kakinya.
           


can you stay with me ? Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

4 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Sample Text

Pages

Popular Posts